Rabu, 25 November 2009


Dengan kemampuan pengamatan anak kecil, saya setiap hari dididik oleh guru-guru yang menyenangkan, ceria dan jiwa pengabdian yang besar. Saya tidak pernah melihat mereka murung karena kemiskinan, apalagi berbicara soal minimnya kesejahteraan, saya tidak pernah mendengarnya. Di sekolah, yang pakai motor hanya bapak kepala sekolah saja. Bagi yang rumahnya jauh, para guru memakai angkutan umum dan yang rumahnya dekat, para guru cukup berjalan kaki saja sama seperti anak-anak didiknya. Jika tingkat kesejahteraan diukur dengan kendaraan, maka guru-guru saya semuanya tidak sejahtera, dan sejak kelas 1 sampai kelas 6 saya tidak pernah melihat mereka murung karena tidak punya kendaraan.

Saya tidak bisa mendeskripsikan guru-guru saya waktu SD dengan kata-kata yang menawan, yang jelas mereka bagi saya adalah orang-orang yang tidak hanya mengajar, tapi juga mendidik murid-muridnya dengan tulus dan penuh kasih sayang. Ini bukan pengakuan yang timbul karena adanya kewajiban untuk menghormati guru, tapi pengalaman saya selama 6 tahun tidak pernah dihadapkan dengan guru yang pandai mengeluh dan berunjuk rasa. Hal ini mungkin juga karena guru-guru kampung tidak tahu berita sehingga mereka tidak kritis dan tidak pandai berorasi. Mereka tahunya hanya bekerja dan mendermakan ilmu yang tidak banyak itu, tapi ketulusan ternyata mengalahkan ilmu pengetahuan. Terima kasih GuruKu