Rabu, 16 Desember 2009


TAk ada satu katapun yang bisa kuucapkan kecuali "TERIMA KASIH". Kepada seorang wanita yang bagaikan bidadari yang turun dari surga untuk menjaga, melindungi, dan merawatKu yang disebut IBU.
Beliau adalah orang yang berhati suci yang rela bertaruh nyawa melahirkan seorang bayi yang dirawatnya hingga dewasa. jadi kita sepatutnya harus menyayangi, menghormati, serta berbakti keadaNYA.
Saya ingat ketika saat SAya jatuh,rapuh, dan hancur bagaikan anak burung yang kehilangan indukNYA, beliauah orang pertama yang datang dan mau mendengar seluruh curahan hatiKU, dan berkata "Adis sebagai anak laki-laki harus pantang menyerah dan bertanggung jawab dalam menyeesaikan masalah apapun". Ituah suatu nasihat yang Saya jadikan rinsi hingga saat ini. Dan membuat aku menjadi seorang laki-laki yang kuat daam menghadai semua masalah yang orang lain beum tentu mampu untuk melakukannya.
Ituah ha yang membuatKU tak henti-hentinya bersyukur bisa memiliki seorang Ibu yang begitu semurna di mataKU. Kiki aku memang tidak bisa membalas jasa-jasaMU dan tak akan pernah bisa. Jadi aku hanya bisa mengucakan terima kasih sebesar-besarnya dari ubuk hatiku. "SEAMAT HARI IBU" untuk semua IBU di dunia.

Rabu, 25 November 2009


Dengan kemampuan pengamatan anak kecil, saya setiap hari dididik oleh guru-guru yang menyenangkan, ceria dan jiwa pengabdian yang besar. Saya tidak pernah melihat mereka murung karena kemiskinan, apalagi berbicara soal minimnya kesejahteraan, saya tidak pernah mendengarnya. Di sekolah, yang pakai motor hanya bapak kepala sekolah saja. Bagi yang rumahnya jauh, para guru memakai angkutan umum dan yang rumahnya dekat, para guru cukup berjalan kaki saja sama seperti anak-anak didiknya. Jika tingkat kesejahteraan diukur dengan kendaraan, maka guru-guru saya semuanya tidak sejahtera, dan sejak kelas 1 sampai kelas 6 saya tidak pernah melihat mereka murung karena tidak punya kendaraan.

Saya tidak bisa mendeskripsikan guru-guru saya waktu SD dengan kata-kata yang menawan, yang jelas mereka bagi saya adalah orang-orang yang tidak hanya mengajar, tapi juga mendidik murid-muridnya dengan tulus dan penuh kasih sayang. Ini bukan pengakuan yang timbul karena adanya kewajiban untuk menghormati guru, tapi pengalaman saya selama 6 tahun tidak pernah dihadapkan dengan guru yang pandai mengeluh dan berunjuk rasa. Hal ini mungkin juga karena guru-guru kampung tidak tahu berita sehingga mereka tidak kritis dan tidak pandai berorasi. Mereka tahunya hanya bekerja dan mendermakan ilmu yang tidak banyak itu, tapi ketulusan ternyata mengalahkan ilmu pengetahuan. Terima kasih GuruKu